Penguatan monsun Asia turut berperan dalam pembentukan awan hujan, selain dominasi angin zonal baratan dan aktivitas gelombang rossby ekuator yang berpropagasi ke arah barat serta diperkirakan aktif di Samudra Hindia barat, Aceh hingga Bengkulu, Sumatera Utara, Sumatra Barat, Bengkulu bagian utara, Riau, Kepulauan Riau, Jambi, Laut Natuna, Laut China Selatan, Selat Malaka, Selat Karimata, Kalimantan Barat bagian utara, Laut Andaman, Teluk Thailand, Laut Sulu, dan Kalimantan Utara.
"Hal ini menyebabkan adanya potensi peningkatan pertumbuhan awan hujan di wilayah tersebut," kata Andri.
Baca Juga:
Kasus Akuisisi PT JN, Ira Puspadewi Minta Perlindungan Presiden Usai Divonis 4,5 Tahun
Gelombang Kelvin yang bergerak ke arah timur juga diprediksi aktif di Samudra Hindia barat Bengkulu, Yogyakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, NTB, NTT, Laut Flores, Laut Bali, Laut Timor, Laut Sawu, dan Laut Banda yang berpotensi memicu penambahan awan hujan.
Di sisi lain, Bibit Siklon Tropis 97S terpantau berada di Samudra Hindia selatan Laut Timor, sementara sirkulasi siklonik terdeteksi di Samudra Hindia barat Lampung yang bergerak menuju selatan Jawa Barat serta sirkulasi siklonik di Laut Cina Selatan.
"Semua fenomena ini membentuk daerah perlambatan kecepatan angin yang memanjang di sebagian besar wilayah Indonesia, dengan kelembapan udara yang cukup dan labilitas lokal yang relatif kuat sehingga proses pembentukan awan konvektif menjadi lebih signifikan," tutur Andri.
Baca Juga:
"Dana Baru" 76 Triliun Digelontorkan ke Bank Himbara, Peringatan Ekonom Muncul Lagi
Karena itu, BMKG mengimbau masyarakat agar meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi cuaca ekstrem maupun gelombang laut tinggi dan tetap memantau informasi prakiraan serta peringatan dini melalui kanal resmi BMKG.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]