Ketika
menempati rumah yang kemudian menjadi tempat diproklamasikannya Kemerdekaan
Indonesia, Bu Inggit Garnasih sempat tinggal di rumah tersebut.
Bu Inggit
merasa lebih nyaman di Pegangsaan Timur 56, yang selain luas halamannya juga
memiliki banyak kamar dan ada paviliunnya (Ramadhan KH, 1988).
Baca Juga:
Sikapi Berbagai Isu Miring, Kemenko Polhukam Panggil Pengelola PIK
Setelah
bercerai dengan Bu Inggit, Bung Karno menikah dengan Fatmawati.
Dalam
pernikahan yang berlangsung di Bengkulu itu, Juni 1943, Bung Karno diwakili
Sardjono, seorang kawan Bung Karno di Bengkulu (Cindy Adams, 2000; Lambert
Giebels, 2001; Fatmawati Sukarno, Fatmawati: Catatan Kecil Bersama Bung Karno, 2016).
Bu Fat lalu
pindah berkumpul dengan suaminya di Jakarta dan tinggal di Pegangsaan Timur 56.
Baca Juga:
Jokowi dan Suara Parpol soal Amandemen UUD
Di rumah
itulah kemudian diselenggarakan pesta pernikahan mereka, 22 Agustus 1943
(Lambert Giebels, 2001).
Di rumah itu
pulalah Bung Karno dikaruniai putra pertama, Guntur Soekarnoputra, 3 November
1944. Di sana juga Bu Fat menjahit Bendera Pusaka kita.
Tulisan ini
memang hanya sebatas kisah awal rumah di Pegangsaan Timur 56 itu menjadi
kediaman Bung Karno.