Kecepatan anginnya tercatat hingga 30 knot, dengan tekanan minimum mencapai 1003 hPa.
Sistem ini turut membentuk pola konvergensi di sekitar Laut Arafuru dan memicu terbentuknya aliran udara rendah (low level jet) di kawasan utara Australia.
Baca Juga:
BMKG Ungkap Musim Kemarau 2025 Akan Mirip Tahun Lalu, Tapi Lebih Terik
"Keberadaan sistem ini memicu gangguan cuaca berupa hujan dengan intensitas sedang hingga lebat, serta gelombang tinggi, khususnya di wilayah pesisir selatan Papua Selatan," ujar BMKG dalam laporan Prospek Cuaca Mingguan periode 22–28 April 2025 yang dikutip Selasa (22/4)/2025.
Dalam laporannya, BMKG mengimbau masyarakat agar tetap waspada menghadapi potensi perubahan cuaca ekstrem.
"Kondisi atmosfer saat ini tergolong dinamis dan bisa berubah cepat. Kami sarankan masyarakat untuk terus memperbarui informasi cuaca dari sumber resmi," kata BMKG.
Baca Juga:
Siklon Tropis Errol Mengintai, Daerah Ini Terancam Hujan Deras dan Gelombang Tinggi pada 20-21 April
Lebih lanjut, BMKG juga menjelaskan bahwa gangguan cuaca ini diperkuat oleh berbagai fenomena atmosfer lain yang saat ini aktif secara bersamaan.
Di antaranya adalah Madden-Julian Oscillation (MJO), gelombang Kelvin, gelombang Rossby Ekuator, serta gelombang Low Frequency.
Keempat fenomena tersebut diprediksi aktif pada wilayah dan periode yang serupa, yakni di wilayah perairan barat Aceh, Sumatera Utara, Riau bagian utara, Selat Malaka, Semenanjung Malaysia, dan Teluk Carpentaria.