Dari total 3.036 rumah sakit, hanya
40% saja yang sudah melakukan pelayanan digital.
"Memang belum semua rumah sakit
memiliki kemampuan untuk health
tech ini karena banyak kendala juga yang dihadapi, mulai dari sistem pendaftaran rumah sakit hingga penagihan. Kita
pun sempat meminta semua rumah sakit untuk bisa memanfaatkan fasilitas
ini," ungkap Lia, saat dihubungi wartawan, Jumat (9/7/2021).
Baca Juga:
Ketum IDI: Indonesia Kekurangan Dokter Spesialis
Dia menambahkan, banyak faskes yang
menilai penerapan digitalisasi membutuhkan biaya besar.
Selain itu, masih ada sebagian rumah
sakit yang menganggap bahwa penggunaan layanan health
tech ini membutuhkan biaya yang mahal.
Padahal, jika
melihat pemanfaatan sistemnya yang sudah cukup baik, hal itu akan membuat
efisiensi kerja rumah sakit menjadi lebih ringan.
Baca Juga:
Kemenkes Sebut 8.362 Faskes di Indonesia Terkoneksi ke Aplikasi SATUSEHAT
"Dengan memanfaatkan digitalisasi, kerja rumah sakit bisa lebih ringan, seperti
efisiensi tenaga, pelayanan, membuat tagihan dengan cepat. Nah, ini yang belum dimengerti oleh beberapa rumah sakit,"
tambahnya.
Salah satu faktor yang menjadi penyebab
kegagalan penerapan health tech di
Indonesia adalah sistem rumah sakit yang tidak selalu ter-update.
"Terlebih saat pandemi seperti
ini, tentu masyarakat selalu mencari informasi di mana rumah sakit rujukan dan
ketersediaan kamar," tegas Lia.