WAHANANEWS.CO, Jakarta - Kementerian Perumahan dan Kawasan Permukiman (PKP) menginisiasi program perumahan bersubsidi dengan menyediakan 4.000 unit rumah bagi aparatur sipil negara (ASN) di empat instansi pemerintahan.
Keempat instansi tersebut meliputi Kementerian PANRB, Lembaga Administrasi Negara (LAN), Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI), serta Badan Kepegawaian Negara (BKN).
Baca Juga:
Ambon Aktifkan Tim Siber, Targetkan Pemerintahan Bebas Pungutan Liar
Menteri PKP, Maruarar Sirait, menyatakan bahwa masing-masing lembaga akan memperoleh jatah 1.000 unit rumah bersubsidi dengan skema Kredit Pemilikan Rumah (KPR).
Ia berharap langkah ini bisa menunjang kesejahteraan dan meningkatkan motivasi kerja para ASN.
“Kami telah melakukan MoU antara Kementerian PKP dengan BPS dan empat lembaga yakni Kementerian PANRB, LAN, ANRI dan BKN. Kami menyediakan kuota rumah subsidi untuk 4.000 pegawai di empat lembaga pemerintah tersebut," ujar Maruarar Sirait kepada media di Jakarta, Jumat (23/5/2025).
Baca Juga:
Perpanjangan Usia Pensiun ASN Dinilai Harus Berbasis Kompetensi, Bukan Sekadar Umur
Maruarar menambahkan bahwa pemerintah siap menambah jumlah rumah subsidi apabila data menunjukkan kebutuhan yang belum terpenuhi di kalangan ASN.
Oleh karena itu, ia mengimbau agar setiap instansi melakukan pendataan menyeluruh terhadap pegawai yang belum memiliki rumah.
"Untuk saat ini kuotanya memang masih terbatas, tapi kalau perlu ditambah akan kami tambahkan. Mengingat kuota KPR FLPP pada masa pemerintahan Presiden Prabowo Subianto ini terus ditingkatkan menjadi 350.000 unit rumah subsidi," katanya.
Lebih lanjut, ia menyebutkan bahwa Kementerian PKP tengah memperluas jangkauan skema pembiayaan FLPP agar mencakup 22 segmen masyarakat.
Dalam waktu dekat, ia berencana menyerahkan kunci rumah secara simbolis kepada kelompok penerima manfaat, termasuk yang berpenghasilan tidak tetap.
"Pada bulan Juni dan Juli mendatang saya akan berikan kunci ke 22 ekosistem atau segmentasi masyarakat dan Pemda. Diantaranya adalah mereka yang berpenghasilan tidak tetap seperti nelayan, petani bahkan ART,” ungkap Maruarar.
[Redaktur: Ajat Sudrajat]