WahanaNews.co, Jakarta - Pakar lingkungan hidup Institut Pertanian Bogor (IPB) Profesor Suprihatin meminta pemerintah segera menginisiasi gerakan hemat air kepada masyarakat sebagai upaya jangka pendek mengatasi permasalahan krisis air bersih di berbagai daerah di Indonesia.
"Perlu adanya gerakan hemat air di berbagai aspek kehidupan," kata dia saat dihubungi di Jakarta, Sabtu (07/10/23).
Baca Juga:
BMKG Hang Nadim: Kota Batam Berpotensi Hujan Sepanjang Hari Ini
Menurut dia, gerakan itu menjadi solusi jangka pendek mengingat kondisi berbagai sumber air baku, seperti danau, air tanah, dan mata air, mulai berkurang kemampuan memenuhi kebutuhan masyarakat.
Gerakan itu harus dilakukan hingga level terbawah di pemerintahan agar efektif dan semangatnya sampai lingkungan rumah tangga.
Sebagai solusi jangka panjang, kata dia, perlu dilakukan konservasi berbagai sumber air, seperti dengan penghijauan dan resapan air hujan, serta penanganan perubahan iklim global.
Baca Juga:
Hingga 25 November: Prediksi BMKG Daerah Ini Berpotensi Cuaca Ekstrem
"Pengembangan dan penerapan teknologi pengolahan dan daur ulang air juga menjadi aspek yang harus dilakukan," kata dia.
Ia mengatakan dampak krisis air bersih akan meluas jika musim kemarau berlangsung secara berkepanjangan.
Bukan hanya kekurangan air untuk keperluan memasak makanan, minum, keperluan sanitasi dan domestik lainnya, ucap dia, tetapi juga kekeringan, kebakaran lahan dan hutan, serta pasokan air untuk pertanian yang dapat berakibat krisis pangan.
"Ancaman krisis air tidak dapat diatasi secara instan, tetapi harusnya diantisipasi jauh-jauh hari, jadi harus sistematik dan berkesinambungan untuk menjadi keberlanjutan sumber air," ujarnya.
Berdasarkan data Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Indeks El Nino yang menjadi penyebab kemarau panjang saat ini pada nilai +1.504. Kondisi El Nino yang masuk dalam kategori moderat tersebut, diprediksi bertahan hingga awal 2024.
“Superposisi fenomena El Nino dan IOD (+) menyebabkan pertumbuhan hujan di wilayah Indonesia menjadi lebih sedikit dari normalnya, yang berkaitan dengan kondisi curah hujan rendah sebagai penyebab kekeringan di Indonesia,” kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati, beberapa waktu lalu.
[Redaktur: Sandy]