WahanaNews.co, Jakarta - Presiden Joko Widodo (Jokowi) berpidato saat menghadiri rapat kerja nasional (rakernas) relawan Seknas (Sekretariat Nasional) Jokowi di Kota Bogor, Jawa Barat, Sabtu (16/09/23).
Ada beberapa hal yang disampaikan mulai dari cerita saat dirinya menjadi pengusaha mebel hingga menyinggung tentang partai politik (parpol), sebagaimana berikut:
Baca Juga:
Hadiri Pertemuan Informal Tingkat Menteri WTO, Wamendag: Momentum Akselerasi Kerja Sama Antar Negara
Dari pengusaha mebel menjadi presiden
Jokowi menceritakan pengalamannya dari membangun bisnis mebel hingga menjadi presiden. Ia menyebut hanya memiliki satu modal yakni kepercayaan.
"Sejak saya membangun usaha dimulai betul-betul dari kosong, dari nol. Yang saya bangun saat itu hanya satu, adalah kepercayaan, trust. Enggak ada yang lain karena saya tidak punya apa-apa," kata Jokowi.
Jokowi mengatakan saat berbisnis ia berupaya membangun kepercayaan dengan orang lain sehingga mau membantunya seperti memberikan mesin yang bisa dibayar dengan mencicil. Semua itu bisa terjadi, kata Jokowi, karena kepercayaan.
Baca Juga:
Soal Nikel Indonesia Banding di WTO, Jokowi: Saya Yakin Kalah Lagi!
Begitu juga saat masuk ke dunia politik, Jokowi berusaha membangun kepercayaan. Saat mencalonkan diri sebagai Walikota Solo pada periode pertama, Jokowi mengatakan hanya E lo mendapat suara 37 persen.
Kemudian saat periode kedua ia memperoleh suara 91 persen. Hal itu terjadi karena kepercayaan publik.
Dapat informasi parpol dari intelijen
Jokowi juga mengaku memiliki informasi lengkap dari Intelijen soal situasi dan arah politik partai-partai.
"Saya tahu dalamnya partai seperti apa, saya tahu. Partai-partai seperti apa saya tahu, ingin menuju ke mana saya juga ngerti," kata Jokowi.
Ia kemudian menyinggung tahun 2024 menjadi tahun penting bagi Indonesia untuk melompat menjadi negara maju. Namun untuk bisa ke sana, Jokowi mengatakan semua sangat tergantung pada kepemimpinan.
"Jadi informasi yang saya terima komplet. Dari intelijen saya ada BIN, dari intelijen di Polri ada, dari intelijen di TNI saya punya, dan informasi-informasi di luar itu," kata dia.
Ingin BUMN kuasai baterai listrik
Jokowi juga menginginkan agar BUMN mampu menguasai industri baterai listrik. Keinginan itu tak lepas dari melimpahnya cadangan tembaga yang dapat menjadi bahan baku pembuat baterai untuk mobil listrik.
Jokowi mengatakan Indonesia bakal memiliki smelter tembaga yang berkapasitas besar di dua daerah, yakni Gresik di Jawa Timur dan Sumbawa di NTB.
"Setiap hal-hal yang strategis saya minta BUMN harus ada di situ. Tidak apa-apa 5 persen dulu, 10 persen, 15 persen, minimal ada di situ," kata Jokowi.
Jokowi kemudian mencontohkan Indonesia yang mampu menguasai saham freeport sebesar 51 persen secara bertahap.
Keberhasilan tersebut menurutnya tidak lain karena sikap ngotot pemerintah Indonesia saat proses negosiasi.
Singgung jebakan puluhan tahun negara berkembang
Selanjutnya, Jokowi menyinggung 2024 menjadi salah satu tahun penentu nasib Indonesia untuk melompat menjadi negara maju dan kesempatan itu ada di tiga periode kepemimpinan nasional
"[Tahun] 2024, 2023, 2034 itu sangat menentukan negara kita bisa melompat menjadi negara maju atau terjebak dalam middle income trap. Terjebak pada jebakan negara berkembang," ujar Jokowi.
Ia memberi contoh negara-negara di Amerika Latin yang sudah menjadi negara berkembang sejak era tahun 1950-1970an, namun hingga kini masih tetap menjadi negara berkembang.
"Kesempatan itu hanya ada di tiga periode kepemimpinan nasional kita, itu lah yang sulit," ujarnya.
Eropa disebut ngamuk soal nikel RI
Jokowi juga mengatakan kebijakan hiilirisasi nikel tidak hanya menguntungkan pengusaha tetapi juga negara.
Atas dasar itu, Jokowi menegaskan tetap akan menjalankan kebijakan yang membuat Uni Eropa protes dan membawanya ke Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).
"Kenapa Uni Eropa ngamuk-ngamuk dan bawa kita ke WTO, ya karena itu karena dulu nilai tambah di sana bukan di sini, dia enggak mau jadinya kita digugat. Tapi kita lawan," kata dia.
Jokowi memaparkan sebelum hilirisasi, nilai ekspor hanya US$2,1 miliar atau Rp30 triliun per tahun. Setelah kebijakan hilirisasi dimulai pada 2020, nilai tambah melonjak ke US$33,8 miliar atau setara Rp510 triliun.
[Redaktur: Sandy]