Besaran
angka stok itu merupakan prinsip dasar pemerintah sejak lama.
Cadangan
beras ini diperlukan untuk kebutuhan mendesak, seperti bansos ataupun operasi
pasar guna stabilisasi harga.
Baca Juga:
Ombudsman RI: Pemerintah Diminta Kaji Ulang Kebijakan Impor Beras
Adapun
pengadaan beras oleh Bulog itu bisa berasal dari dalam negeri maupun luar
negeri.
"Jadi
kalau memang ternyata penyerapan Bulog bagus, kita tidak perlu impor. Ada
tahun-tahun kita tidak perlu impor, seperti saat 2019 dan 2020," ujar
Lutfi, dalam konferensi pers virtual, Jumat (19/3/2021).
Namun,
pemerintah melihat ada beberapa hal yang perlu diantisipasi untuk bisa
memastikan stok beras terjaga.
Baca Juga:
Pemerintah Bakal Impor 3 Juta Ton Beras di 2024
Lutfi
menjelaskan, stok beras cadangan Bulog saat ini hanya sekitar 800.000 ton.
Sebanyak 275.000 ton dari stok tersebut merupakan beras hasil impor tahun 2018
lalu.
Menurut
dia, beras sisa impor itu berpotensi mengalami penurunan mutu.
"Jika
dikurangi dengan beras sisa impor, jadi stok akhir Bulog mungkin hanya kisaran
500.000 ton. Ini adalah salah satu kondisi stok terendah dalam sejarah Bulog.
Jadi Anda bisa tahu bagaimana rasa hati saya ngilunya," ungkap
Lutfi.