Ia mengakui bahwa langkah menghadirkan tokoh pro-Israel itu adalah tindakan yang kurang cermat karena tidak memeriksa secara detail latar belakangnya.
Kekeliruan tersebut, lanjutnya, berimbas pada keresahan publik sekaligus memengaruhi marwah UI sebagai institusi pendidikan yang konsisten menyuarakan dukungan terhadap Palestina.
Baca Juga:
Sound Horeg Dinilai Mengganggu, PBNU hingga Pemprov Jatim Serukan Penertiban
Dengan penuh kerendahan hati, Gus Yahya menyesali kekeliruan itu dan menyampaikan permohonan maaf kepada pimpinan UI, dosen, mahasiswa, tenaga kependidikan, dan alumni.
Ia berkomitmen untuk menerapkan mekanisme pengecekan yang lebih ketat di kemudian hari serta melibatkan lebih banyak pihak agar setiap langkah yang diambil sejalan dengan nilai luhur dan reputasi UI.
Gus Yahya juga menegaskan bahwa undangan terhadap Berkowitz tidak sedikitpun mengurangi komitmennya terhadap perjuangan bangsa Palestina.
Baca Juga:
PBNU: Tak Masuk Akal TNI Aktif Bisa Dinas di Kejaksaan Agung dan MA
“Saya juga menegaskan kembali bahwa Universitas Indonesia, dan saya pribadi, berdiri teguh bersama bangsa Indonesia dalam mendukung kemerdekaan Palestina, sesuai amanat konstitusi dan prinsip kemanusiaan,” ujarnya.
Menurutnya, sikap itu sudah diwujudkan dengan dukungan penuh terhadap keberadaan UI-Palestine Center yang ada di Universitas Indonesia dan tekad untuk terus berkontribusi bagi pengembangannya.
“Semoga Universitas Indonesia senantiasa menjadi kampus unggul, berintegritas, dan kebanggaan bangsa,” pungkas Gus Yahya.