Ekosistem itu umumnya terdiri dari SDM periset yang unggul, fasilitas atau infrastruktur riset yang baik, pendanaan yang cukup, dan lingkungan penelitian yang memadai.
Selain ekosistem, ada beberapa pilar yang bisa mendukung penyelenggaraan riset dan inovasi.
Baca Juga:
Pemko Medan Gelar Seminar Pemanfaatan Sumur Laluan untuk Atasi Genangan Air Hujan
Dengan diintegrasikannya seluruh lembaga penelitian pemerintah ke dalam BRIN, tentunya lembaga ini menjadi pilar pertama dalam pengembangan riset dan inovasi di Tanah Air.
Namun, BRIN bukanlah satu-satunya.
Ada berbagai kampus, baik negeri maupun swasta, yang berada di bawah Kemendikbud Ristek yang juga bergerak dalam riset dan inovasi.
Baca Juga:
Wuling Motor Akui Fast Charging Bisa Pengaruhi ‘Kesehatan’ Baterai Kendaraan Listrik
Kemudian ada Lembaga Riset Independen (LRI), seperti CSIS, SMERU, Akatiga, dan PUSAD Paramadina.
Juga berbagai organisasi profesi keilmuwan, seperti Himpunan Indonesia untuk Pengembangan Ilmu-ilmu Sosial (HIPIIS), Masyarakat Linguistik Indonesia (MLI), Masyarakat Sejarawan Indonesia (MSI), Masyarakat Pernaskahan Nusantara (Manassa), Asosiasi Peneliti Agama Indonesia (APAI), dan Perhimpunan Periset Indonesia (PPI).
Saling dukung dan kolaborasi berbagai pilar itu yang akan mendorong cepat berkembangnya budaya riset.