Sementara itu, kepada alam sendiri, manusia memberikan dan mengembalikan sisa atau ampasnya.
Kata kasarnya, manusia menebarkan polusi di mana-mana.
Baca Juga:
BMKG Kalsel Intensifkan Edukasi Masyarakat Terkait Peningkatan Suhu Signifikan Lima Dekade Terakhir
Ada polusi yang dilepaskan ke udara, air, dan tanah.
Selain itu, Alexander Sonny Keraf dalam Krisis dan Bencana Lingkungan Hidup Global (2010) mengungkapkan bahwa kepunahan hayati dan kekacauan iklim turut menjadi akibat lokal dan global kerusakan lingkungan hidup yang disebabkan oleh manusia.
Manusia tidak lagi mengonsumsi sumber daya alam secara ugahari atau seperlunya.
Baca Juga:
Buka Indonesia International Sustainability Forum 2024, Presiden Jokowi Sampaikan Strategi Penanganan Perubahan Iklim
Akan tetapi, manusia bersikap tamak terhadap sumber daya alam, selagi bisa dikonsumsi tanpa pikir hari esok.
Bahkan, tendensi proses konsumsi manusia sudah bertengger pada prinsip ekonomis yang semata-mata terarah kepada keuntungan dan investasi gelap.
Manusia era post-industri lebih pilih acuh pada prinsip-prinsip yang tertanam di bumi (cosmos) demi meraup keuntungan ekonomis.