Dibandingkan dengan Indonesia, sektor-sektor tersebut juga memberikan proporsi kontribusi yang relatif mirip dengan China. Dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 5 persen dan relatif stabil dalam satu dekade terakhir, Indonesia sebenarnya punya potensi untuk berhasil menekan kemiskinan ke level nol persen.
Namun, modal pembangunan yang dimiliki Indonesia, ditambah sisa waktu yang dimiliki, membuat target tersebut mustahil untuk dicapai.
Baca Juga:
Penjabat Gubernur Gorontalo Minta Pemkab Tingkatkan Sektor Perdagangan Pertanian Daerah
China sadar betul bahwa pertumbuhan ekonomi yang masif selama ini menimbulkan ekses negatif seperti ketimpangan.
Dalam satu dekade terakhir, koefisien gini China menunjukkan adanya perbaikan dari 0,477 (2011) menjadi 0,385 (2021).
Secara khusus, Presiden Xi pada tahun 2013 berkomitmen untuk mengurangi ketimpangan dan kantong-kantong kemiskinan melalui sistem perpajakan, sistem jaminan sosial, dan bantuan sosial.
Baca Juga:
Penjabat Gubernur Gorontalo Rudy Salahuddin Ingin Atasi Masalah Kemiskinan Ekstrem Segera
Pengeluaran pemerintah untuk mengurangi ketimpangan sebesar 24,6 persen dari total PDB yang termasuk di dalamnya adalah program bantuan sosial (termasuk skema standar hidup minimum perdesaan dan perkotaan) sebesar 0,8 persen; jaminan sosial 4,9 persen; program kesehatan dan pendidikan yang masing-masing sebesar 4,3 persen dan 1,5 persen.
Alokasi anggaran redistribusi pendapatan ini lebih tinggi dibandingkan Indonesia.
Berdasarkan data yang dirilis oleh Kementerian Keuangan, jumlah pagu anggaran yang dikhususkan untuk pemberian bantuan sosial bertambah dalam lima tahun terakhir.