Jantung merupakan organ utama untuk kelangsungan hidup manusia. Jantung yang sehat berdampak pada tubuh yang sehat. Tubuh yang sehat, maka segala aktivitas dapat dilaksanakan dengan baik. Sebagaimana telah kita ketahui bahwa jantung memiliki fungsi utama memompa darah ke seluruh tubuh. Jika jantung tidak sehat, maka otomatis kerja organ tubuh yang lain pun juga terganggu. Bahkan tak jarang, banyak kasus kematian salah satu penyebab utamanya adalah penyakit jantung.
Prevalensi PJK
Baca Juga:
Kasus Kanker Naik, Menkes: Deteksi Dini Jadi Kunci Selamatkan Nyawa
Penyakit jantung merupakan penyakit mematikan nomor satu di dunia yang mengancam jiwa seseorang. Sebuah fakta mengungkapkan, bahwa setiap 30 detik terdapat orang terserang penyakit jantung, dan 1 orang meninggal tiap 1 menit karena penyakit jantung. Salah satu penyakit jantung yang sangat berbahaya adalah penyakit jantung koroner (PJK).
Laporan World Health Organization (WHO) menyebutkan, bahwa jumlah kematian akibat penyakit jantung mencapai 17,9 juta setiap tahun bersebab masalah kardiovaskuler. Dengan kata lain, 32 persen kematian global adalah akibat masalah kardiovaskuler.
Selanjutnya, laporan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI (2020) menyebutkan bahwa jumlah kematian akibat penyakit jantung di Indonesia cukup tinggi, yaitu 1,25 juta jiwa. Dan hasil Riset Kesehatan Dasar Kemenkes tahun 2019 memaparkan bahwa 1,5% atau 15 orang dari 1.000 penduduk Indonesia menderita PJK.
Baca Juga:
Kemenkes Beri Penghargaan kepada Bio Farma atas Kontribusi Aktif di Tengah Pandemi
Proses Terjadinya PJK
PJK terjadi lantaran adanya plak yang menumpuk di dalam arteri koroner yang mensuplai oksigen ke otot jantung. Penyakit ini termasuk bagian dari penyakit kardiovaskuler yang paling umum terjadi. Penyakit kardiovaskuler merupakan gangguan dari jantung dan pembuluh darah termasuk stroke, penyakit jantung rematik dan kondisi lainnya. Penyakit PJK merupakan suatu penyakit degeneratif yang berkaitan dengan gaya hidup, dan sosial ekonomi masyarakat.
Dari berbagai studi empiris disebutkan, faktor resiko yang paling besar pemicu PJK adalah pola makan, pola pikir, kebiasaan merokok, aktivitas fisik, tingkat stress dan sebagainya. Selain itu, faktor resiko lain yang dapat meningkatkan resiko penyakit jantung adalah diabetes melitus, hipertensi, kolesterol, dan genetik.
Kaum Muda Resiko Tinggi PJK
Dahulu, PJK banyak diderita mereka yang berusia tua atau di atas 50 tahun. Namun, kondisi hari ini sedikit berbeda, pola penyebaran penyakit mengalami perubahan. Penyakit ini sudah tidak mengenal usia. Siapa saja, dapat mengalaminya, penyakit ini sulit dideteksi sehingga sering disebut silent disease. Banyak ditemukan orang muda berusia kurang dari 40 tahun yang menderita PJK, bahkan beberapa pesohor negeri–artis dan politisi–berusia muda yang meninggal secara mendadak. Penyakit ini semakin mengancam, hal ini akibat berubahnya gaya hidup masyarakat.
Dalam sebuah studi yang dilakukan di Amerika Serikat, menyebutkan bahwa penderita penyakit jantung koroner pada kalangan muda berkisar antara 25% - 32% dari total seluruh penderita, dan diprediksi prevalensinya akan meningkat terus setiap tahunnya.
Di Indonesia pun demikian, kasus PJK pada kalangan muda semakin meningkat, orang muda memiliki resiko besar untuk mengalaminya, karena adanya pergeseran gaya hidup. Tanpa adanya upaya preventif, maka potensi peningkatan terus naik setiap tahun.
Upaya Pencegahan
Sebuah studi kasus kontrol di 52 negara menemukan bahwa 90% kasus PJK dapat dikaitkan dengan faktor risiko yang sebenarnya dapat dicegah dan diperbaiki. Pada situasi ini, tindakan preventif adalah langkah paling tepat, gaya hidup masyarakat harus berubah.
Berikut beberapa hal yang dapat dilakukan guna mencegah terjadinya PJK, yaitu kurangi makanan berlemak-berminyak, tingkatkan konsumsi buah-sayuran, olahraga teratur minimal 30 menit setiap harinya, kurangi berat badan, kurangi stress, selalu berpikir positif, hindari rokok, hindari alkohol, dan rutin periksa kesehatan–tekanan darah, kolesterol dan gula darah.
*Pemerhati Pendidikan dan Kesehatan
[Redaktur Hendrik I Raseukiy]