WahanaNews.co | Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG (Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika), Daryono mengungkapkan, fenomena 'mud vulcano' atau gunung lumpur yang muncul usai gempa bumi di Maluku, Selasa (10/1) merupakan fenomena biasa.
"Sebenarnya peristiwa alam semacam ini merupakan fenomena alam basa yang dikenal dengan istilah kemunculan gunung lumpur yang populer disebut sebagai 'mud volcano'. Gunung lumpur (mud volcano) ini terkadang muncul di permukaan beberapa saat pasca terjadinya gempa kuat," tulis Daryono dalam halaman Facebook pribadinya.
Baca Juga:
Keresahan Warga Gonting Malaha atas Judi Tembak Ikan, Tindakan Polsek Bandar Pulau Dinantikan
Sebelumnya, gempa bumi dengan magnitudo 7,5 mengguncang Maluku pada Selasa (10/1) dinihari pukul 00.47 WIB.
Pusat gempa ada di 7,37 LS dan 130,23 BT atau tepatnya berlokasi di laut pada jarak 136 km arah Barat Laut Maluku Tenggara Barat, Maluku, pada kedalaman 130 km.
Pasca gempa, muncul "pulau baru" di permukaan laut di kawasan Kepulauan Tanimbar Maluku. Fenomena ini menimbulkan kepanikan dan ketakutan warga Desa Teinaman sehingga membuat mereka mengungsi.
"Temuan di Desa Teinaman Kecamatan Tanimbar Utara, gempa berkekuatan magnitudo lebih dari 7 mengakibatkan munculnya tumpukan material sehingga membentuk pulau," kata Kepala Desa Teinaman, Kecamatan Tanimbar Utara, Bony Kelmaskosu dikutip dari Antara.
Baca Juga:
Bukan Pulau Jawa, Salah Satu Pulau Terpadat di Dunia Ada di Indonesia
Proses pembentukan pulau
Daryono mengatakan, secara fisik, tekanan kerak terbentuk ketika cairan dan gas bawah tanah tidak dapat keluar karena terperangkap di lapisan sedimen.
Material lunak itu menjadi terperangkap dan bisa mendapat tekanan berlebih (overpressure) dari gaya tektonik atau karena guncangan gempa kuat sebagai 'input motion'.
"Gempa memberi tekanan pada lebih lapisan plastis di bawahnya; saat tekanan di lapisan yang lebih dalam mengendur, tekanan menyebar ke luar," tulis Daryono.
"Gunung lumpur 'Pulau baru' akhirnya terbentuk ketika cairan dan gas dalam Bumi menemukan jalan keluar ke permukaan melalui rekahan batuan yang terbentuk akibat guncangan gempa kuat," tulisnya.
"Namun demikian umumnya 'pulau baru' ini akan hilang dengan sendirinya," Daryono menambahkan.
Ia juga mengutip beberapa peristiwa serupa yang pernah terjadi di tahun sebelumnya yakni:
1. Gempa Ormara, Makran, M 8,1 pada 28 November 1945
2. Gempa Niikappu, Jepang, M 8,6 pada 4 Maret 1952.
3. Gempa Gobi Altay, Mongolia, M 8,3 pada 4 Desember 1957
4. Gempa Kandewari, Pakistan M 7,7 pada 26 Januari 2001
5. Gempa Andaman, M 9,2 pada 26 Desember 2004
6. Gempa Gwadar, Pakistan, M 7,7 pada 24 September 2013. [eta]