Jumlah itu sejalan dengan banyak iklan rekrutmen digital yang beredar, terutama di China, dengan narasi-narasi maskulinitas seperti “kamu seorang pria, jadilah pria” untuk menarik perhatian pemuda agar bergabung ke medan perang Ukraina.
Bonus penandatanganan yang ditawarkan juga tidak sedikit, berkisar dari 7.000 hingga 21.000 dollar AS, selain gaji pokok sebesar USD2.000–3.000 atau setara Rp32 juta hingga Rp48 juta.
Baca Juga:
Ingin Pulang ke Indonesia, Eks Marinir Satria Harus Ajukan Naturalisasi ke Presiden
Dara Massicot, peneliti senior di Carnegie Endowment for International Peace, menjelaskan bahwa strategi komunikasi Rusia menyasar maskulinitas dan nasionalisme, tetapi motivasi utama para rekrutan tetap uang.
“Pada titik ini, hampir tiga tahun perang, kebanyakan orang sebenarnya hanya tertarik pada uang dan insentif,” katanya.
Gaji tentara bayaran Rusia memang sangat kompetitif jika dibandingkan dengan rata-rata pendapatan nasional mereka.
Baca Juga:
Ramai Satria Arta Gabung Militer Rusia, Segini Nilai Bayaran yang Diterima
Gaji pokok tempur bulanan sekitar 200.000 rubel, ditambah bonus puluhan ribu dolar, menjadi daya tarik tersendiri bagi warga sipil yang ekonominya terhimpit.
Lebih dari itu, jika seorang tentara gugur di medan perang, keluarga mereka dijanjikan kompensasi hingga lebih dari USD30.000 atau sekitar Rp488 juta.
Angka ini meningkat tajam di sejumlah wilayah, seperti Belgorod, Moskow, hingga wilayah kaya sumber daya seperti Khanty-Mansiysk, yang masing-masing menawarkan insentif total hingga RUB2,6 juta.