Terkait pemilih pemula, Hendri juga mengungkap bahwa anak-anak muda yang memenuhi media sosial saat ini masih belum menjadi pemilih yang independen.
Hal ini berdasarkan data, di mana pilihan politik mereka masih terpengaruh oleh orang lain.
Baca Juga:
Pilkada Paluta 2024: Partisipasi Pemilih Capai 79 Persen, HORAS Menang Telak!
“Anak-anak yang baru mencoblos di 2024, pada saat memilih dipengaruhi pilihan orang lain, misalnya orang tua mereka,” kata Hendri Satrio.
Efektivitas kampanye di media sosial sebenarnya dirasakan betul oleh Politisi PKS Mardani Ali Sera. Ia mengungkapkan, pengalamannya di pemilu legislatif 2019 lalu, lebih banyak membuat e-spanduk dan e-flyer ketimbang mencetak baliho-baliho konvensional.
“Digitalisasi menjadi cara mudah untuk mempengaruhi audiens. Lewat media sosial yang saya punya, saya dengan mudah menjangkau orang di daerah saya, dan juga lebih efektif,” ujar dia.
Baca Juga:
Rekapitulasi Suara Pilgub Sumut dan Pilbup Karo 2024 Berjalan Lancar
Meski demikian, Mardani menegaskan bahwa ‘pasukan darat’ juga tidak bisa dikesampingkan. Karena, kata dia, suka saja tidak cukup, karena harus bisa memastikan mereka yang suka itu harus juga memilih.
Senada dengan Mardani, kampanye digital juga dimanfaatkan oleh Politisi Muda Golkar yang juga Wakil Walikota Tangerang Selatan, Pilar Saga Ichsan.
Menurutnya, kampanye digital bisa menjangkau dengan mudah pemilih yang menggunakan media sosial.