"Munir bolak
balik ke toilet. Pilot meminta awak kabin untuk terus memonitor kondisi Munir.
Munir pun dipindahkan duduk di sebelah seorang penumpang yang kebetulan
berprofesi dokter yang juga berusaha menolongnya pada saat itu," demikian
kronologi kasus terbunuhnya Munir seperti dikutip dari Wikipedia.
Penerbangan menuju
Amsterdam menempuh waktu 12 jam. Namun dua jam sebelum mendarat 7 September
2004, pukul 08.10 waktu Amsterdam diBandara SchipolAmsterdam, saat
diperiksa, Munir telah meninggal dunia.
Baca Juga:
Kanwil Kemenkumham Sulteng Tingkatkan Kesadaran dan Cegah Perundungan Siswa Lewat Diseminasi HAM
Pada 12 November 2004,
dikeluarkan kabar bahwa polisi Belanda (Institut Forensik Belanda) menemukan
jejak-jejak senyawa arsenikum setelah otopsi.
Hal ini juga
dikonfirmasi oleh polisi Indonesia. Belum diketahui siapa yang telah meracuni
Munir pada saat itu.
Jenazahnya dimakamkan
di Taman Makam Umum Kota Batu. Ia meninggalkan seorang istri bernama
Suciwatidan dua orang anak, yaitu Sultan Alif Allende dan Diva.
Baca Juga:
Bjorka Ungkap Dalang Kasus Pembunuhan Aktivis HAM, Ini Kata Istri Munir
Sejak tahun 2005,
tanggal kematian Munir, 7 September, oleh para aktivis HAM dicanangkan sebagai
Hari Pembela HAM Indonesia.
Pollycarpus dan Muchdi
PR