Benny Moerdani meninggal di usianya yang ke- 72 tahun.
“Di pusara beliau saya memberi hormat penuh lalu mendoakan agar arwahnya diterima di sisi-Nya sesuai dengan amal jasanya sewaktu masih hidup. Kemudian saya sentuh batu nisannya,” cerita Luhut.
Baca Juga:
Resmikan Bandara Dhoho Kediri, Luhut: Bandara Pertama yang Dibangun Tanpa APBN
Bagi Luhut, Benny Moerdani adalah sosok yang dikaguminya sejak dirinya masih menjadi perwira menengah TNI-AD.
Luhut mengaku mulai mengenal Benny Moerdani sejak dia berpangkat mayor, sebelum dirinya bersama Prabowo Subianto dikirim untuk belajar mengenai pasukan anti-teror di GSG-9 di Jerman Barat.
Kendati waktu itu Benny Moerdani berpangkat letjen dan menjabat Asintel Hankam/ABRI, dari waktu ke waktu Benny Moerdani selalu minta Luhut untuk memberikan laporan kemajuan pendidikannya.
Baca Juga:
Luhut Pandjaitan: Pabrik di Jakarta Dipasang Sensor Deteksi Gas Kurangi Polusi Udara
“Ia tidak malu menelepon saya dan mengajukan pertanyaan yang mendetail,” tulis Luhut.
Setelah Luhut pulang dari pendidikannya di Jerman Barat dan mulai memimpin pasukan anti-teror pertama di Indonesia yaitu Datasemen 81 (Den-81), dia sering dipanggil menghadap Benny Moerdani di kantornya di Jalan Sahardjo, kini Balai Prajurit TNI.
“Entah menanyakan pelatihan pasukan yang baru itu, atau lain-lain. Dari situ, saya mendapat kesan khusus mengenai betapa dia memiliki karakter yang sangat kuat,” ungkap Luhut.