Kelompok ini terdiri dari sejumlah tokoh bangsa, seperti Gubernur DKI Jakarta, Ali Sadikin; mantan Kapolri, Jenderal Purn Hoegeng Imam Santoso; mantan Perdana Menteri, Burhanuddin Harahap; dan eks pemimpin Masyumi, Mohammad Nasir.
Mereka menilai, Soeharto mempolitisasi Pancasila.
Baca Juga:
Operasi Seroja Timtim: Komandan Pasukan Gugur di Pelukan Prabowo
Demonstrasi penolakan terhadap Pancasila sebagai asas tunggal bersumber pada aksi kekerasan dan penahanan terhadap empat warga, yakni Achmad Sahi, Syafwan Sulaeman, Syarifuddin Rambe, dan Muhammad Nur.
Empat orang ini ditahan karena terlibat dalam aksi pembakaran sepeda motor Babinsa pada 10 September 1984.
Saat itu, Sersan Hermanu, anggota dari Bintara Pembina Desa, menyuruh pengurusnya, Amir Biki, untuk menghapus brosur dan spanduk yang berisi tulisan kritik kepada pemerintah.
Baca Juga:
Saat Teroris Noordin M Top Tewas di Solo
Tetapi, Biki menolak hal tersebut.
Akhirnya, Hermanu memutuskan untuk melakukannya sendiri.
Ia memasuki area masjid tanpa melepas alas kakinya.