WahanaNews.co, Jakarta - Politik gentong babi atau pork barrel mendadak ramai diperbincangkan setelah disebut-sebut dalam film dokumenter Dirty Vote.
Film berdurasi sekitar dua jam tersebut menyoroti pernyataan ahli hukum tata negara Bivitri Susanti yang mengatakan konsep gentong babi digunakan oleh pemerintah Indonesia, terutama dalam program bantuan sosial (bansos).
Baca Juga:
Bobby-Surya Jauh di Depan: Elektabilitas Meroket Jelang Pilgubsu 2024
"Mengapa bansos juga dijadikan alat berpolitik dan lain sebagainya? Ada satu konsep dalam ilmu politik yang bisa kita gunakan yang namanya gentong babi atau pork barrel politics," kata Bivitri dalam film tersebut, melansir CNN Indonesia, Senin (12/2/2024).
Bivitri memaparkan politik gentong babi merupakan istilah yang mengacu pada masa perbudakan di Amerika Serikat. Kala itu, budak-budak AS saling berebut demi mendapatkan daging babi yang diawetkan dalam gentong.
Karena kejadian itu, muncul istilah "ada orang-orang yang akan berebutan suatu jatah resmi untuk kenyamanan dirinya."
Baca Juga:
Pjs. Bupati Labuhanbatu Utara Saksikan Debat Publik Calon Bupati dan Wakil Bupati
"Jadi yang kita bicarakan di sini adalah cara berpolitik yang menggunakan uang negara untuk digelontorkan ke daerah-daerah pemilihan oleh para politisi agar dirinya bisa dipilih kembali," ujar Bivitri.
Terlepas dari itu, bagaimana sejarah politik gentong babi dan kaitannya dengan perbudakan di AS?
Istilah pork barrel atau gentong babi pertama kali muncul untuk menggambarkan pengeluaran anggaran pemerintah Amerika Serikat yang mencurigakan pada awal paruh kedua abad ke-19.