Namun, Moeldoko punya pendirian berbeda dari SBY dan AHY.
Dalam pidatonya, seusai diangkat jadi Ketum versi KLB Deli Serdang dia meyakini
pengangkatannya sah.
"KLB ini adalah konstitusional seperti tertuang dalam
AD/ART. Untuk itulah, sebelum saya datang ke sini saya ingin memastikan 3
pertanyaan yang saya sampaikan kepada Saudara sekalian," ucap Moeldoko.
Baca Juga:
KSP Kawal Kasus Pembakaran Rumah Wartawan Rico Pasaribu
Tiga pertanyaan itu disampaikan Moeldoko melalui telepon
setelah dinyatakan terpilih aklamasi. Yaitu menanyakan pada peserta rapat
apakah KLB sesuai AD/ART, apakah serius memilih Moeldoko, dan apakah serius
menempatkan merah putih di atas kepentingan pribadi/golongan.
"Saya sungguh sangat apresiasi Saudara sekalian dari
berbagai daerah DPD, DPC, dan organisasi sayap, para pendiri, para senior yang
telah berani memperjuangkan cita-cita yaitu sebuah Partai Demokrat yang
demokratis, terbuka, dan modern," bebernya.
Kisruh Partai pemenang pemilu 2009 itu mengundang
komentar Pengamat Politik Saiful Mujani.
Dia menilai sebagai pejabat Pemerintah Moeldoko tak semestinya bertindak
seperti itu.
Baca Juga:
Moeldoko Bantah Ada Arahan dari Istana Agar KPK Proses Hasto PDIP
Pendiri Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) ini
juga menyebut upaya Moeldoko itu sebagai tindakan yang kasar dan
"ugly".
"Kasar karena dia pejabat negara, yang harusnya tidak
begitu terhadap partai mana pun," kata Mujani.
"Ugly karena manfaatkan ambisi dan kekecewaan mantan
Demokrat yang reputasinya enggak jelas, bahkan ada yang baru keluar dari
penjara karena korupsi," tambahnya.