WahanaNews.co |
Ada sejumlah hal yang selalu diingat dan diceritakan Seth
Tibbott, pengusaha makanan nabati di Amerika Serikat (AS), saat memulai usahanya
lebih dari 40 tahun lalu.
Beberapa hal itu termasuk "rumah
pohon", tempat tinggalnya selama bertahun-tahun untuk menghemat biaya
serta keputusan menguras tabungannya saat itu sebanyak 2.500 dollar AS (Rp 37
juta) sebagai modal usaha mendirikan perusahaan yang menghasilkan produk
nabati, Tofurky.
Baca Juga:
Guru Besar IPB: Manfaat Tempe Fermentasi Kedelai untuk Kesehatan Tubuh
Satu hal lain yang ia katakan menjadi titik
balik usahanya adalah Malang.
Kota di Jawa Timur ini, kata Seth, menjadi
inspirasinya untuk mencari tempat di luar kota yang cocok untuk memproduksi
tempe.
"Saya baca tentang Malang dari buku Tempe oleh Bill Shurtleff. Saya kagum
dengan tebalnya tempe yang diproduksi di sana dan bahwa kawasan itu terkenal
membuat tempe dengan kualitas tinggi dengan lokasi di daerah pedesaan,"
kata Seth kepada BBC News Indonesia.
Baca Juga:
2 Siswa Indonesia Kenalkan Mesin Pengolah Tempe di Austria
"Cerita ini yang menginspirasi untuk
memulai memproduksi tempe dengan pindah dari kota besar, ke kota kecil dengan
hanya kurang dari 100 jiwa penduduk, dan terletak 90 menit dari Portland,
dengan udara dan air bersih," cerita Seth.
Yang dipilihnya menjadi tempat produksi adalah
gedung sekolah yang tak lagi digunakan di kota kecil Husum, Washington.
"Saya memproduksi tempe di sana selama 10
tahun dengan hanya sedikit karyawan," kenang Seth.