Meski mengklaim menjaga konvoi bantuan kemanusiaan, laporan dari Times of Israel menunjukkan kelompok ini justru menjarah barang-barang tersebut.
Quds News Network (QNN) juga menyebut Abu Shabab memiliki riwayat penyelundupan narkoba dan kolaborasi dengan kelompok ekstremis.
Baca Juga:
Militer Israel Dituduh Serang Gaza Ditengah Gencatan Senjata
Geng bersenjata itu, dengan lebih dari 200 anggota, bahkan mendirikan pangkalan berbenteng di zona "kematian" di Rafah yang tertutup bagi warga sipil Palestina.
Brigade Al-Qassam Hamas merilis rekaman yang menunjukkan kelompok Abu Shabab terlibat dalam operasi penyamaran bersama unit elite Israel.
Dalam video tersebut, anak buah Yasser Abu Shabab terlihat menyamar dan membantu pasukan Israel dalam menargetkan warga Palestina di Rafah.
Baca Juga:
Amerika Serikat Siapkan Intervensi Jika Hamas Ingkar Janji Perlucutan Senjata
Sebagai respons, keluarga besar Abu Shabab di Gaza menyatakan penolakan tegas terhadap aksi kolaboratif tersebut.
Para tetua dan pemimpin keluarga menyebut tindakan Yasser sebagai "keputusan yang menyakitkan namun perlu" setelah bukti-bukti keterlibatannya dalam operasi Israel selama serangan brutal di Gaza semakin tak terbantahkan.
Sejak pelanggaran gencatan senjata oleh Israel pada 18 Maret, serangan udara dan operasi darat telah menewaskan serta melukai ribuan warga Palestina.