Perundingan untuk memilih perdana menteri yang bertugas membentuk pemerintahan diperkirakan akan berlarut-larut selama berbulan-bulan.
Pemungutan suara dimulai Minggu pagi dalam pemilihan umum keenam sejak jatuhnya Saddam Hussein usai invasi Amerika Serikat dan sekutu ke Irak tahun 2003 dan sistem politik pembagian kekuasaan berbasis sektarian yang dihasilkannya.
Baca Juga:
Kelompok Proksi Iran Serang Israel, Bom Target Penting
Sebanyak 3.449 kandidat bersaing sengit memperebutkan 329 kursi dalam pemilihan parlemen.
Sikap apatis meluas di tengah skeptisisme mendalam tentang peluang kandidat independen melawan partai dan politisi mapan, di mana banyak dari mereka didukung oleh milisi bersenjata yang kuat.
Kebanyakan orang Irak mendambakan perubahan, tetapi hanya sedikit yang optimistis perubahan itu bisa terjadi.
Baca Juga:
Rudal Balistik Houthi Gempur Tel Aviv, Bantu Hizbullah Perangi Israel
“Saya tidak ingin wajah dan partai yang sama ini kembali,” kata Amir Fadel, seorang dealer mobil berusia 22 tahun, setelah memberikan suaranya di distrik Karradah, Baghdad.
Lebih dari 250.000 personel keamanan di seluruh negeri ditugaskan untuk melindungi pemungutan suara.
Tentara, polisi dan pasukan anti-terorisme menyebar dan ditempatkan di luar tempat pemungutan suara, beberapa di antaranya dikelilingi oleh kawat berduri. Pemilih yang masuk ke tempat pemungutan suara diperiksa dan digeledah.