Presiden Irak Barham Salih dan Perdana Menteri Mustafa al-Kadhimi mendesak rakyat Irak untuk memilih dalam jumlah besar.
“Keluarlah dan memilihlah, ubah realitas Anda demi Irak dan masa depan Anda,” kata al-Kadhimi, mengulangi terus kalimat itu sampai tiga kali setelah memberikan suaranya di sebuah sekolah di Zona Hijau yang dijaga ketat di Baghdad, lokasi berbagai kedutaan asing dan kantor-kantor pemerintah.
Baca Juga:
Kelompok Proksi Iran Serang Israel, Bom Target Penting
Komposisi parlemen Irak saat ini, yang akan diganti oleh pemilihan umum Irak hari Minggu, 10 Oktober 2021.
Pada pemilu tahun 2018 hanya 44 persen dari pemilih yang memenuhi syarat bergerak dan memberikan suara mereka. Itu adalah rekor terendah, yang hasilnya pun dipersengketakan secara luas. Ada kekhawatiran jumlah pemilih yang memberikan suara bahkan lebih rendah dalam pemilu saat ini.
Menjelang tengah hari, jumlah pemilih masih relatif rendah sementara jalan-jalan sebagian besar tampak sepi. Di beberapa daerah, pengeras suara masjid digunakan untuk mendesak warga Irak agar memilih.
Baca Juga:
Rudal Balistik Houthi Gempur Tel Aviv, Bantu Hizbullah Perangi Israel
Di sebuah kedai teh di Karradah, salah satu dari sedikit yang buka, kandidat Reem Abdulhadi masuk untuk menanyakan apakah orang telah memberikan suara mereka.
“Saya akan memberikan suara saya kepada Umm Kalthoum, penyanyinya, dia adalah satu-satunya yang pantas mendapatkannya,” jawab penjual teh itu secara sarkastis, merujuk pada mendiang penyanyi Mesir yang dicintai banyak orang di dunia Arab.
Dia mengatakan tidak akan mengambil bagian dalam pemilihan karena tidak percaya pada proses politik saat ini.