Pada tahun 2005, dia bertemu dengan
suaminya yang tengah berupaya menempuh perjalanan ke
Mongolia bersama para pengungsi Korea Utara lainnya.
Setelah menderita kelaparan yang parah
di gurun selama berhari-hari, mereka kembali ke Beijing dan menyembunyikan diri
dari aparat keamanan sampai seorang pendeta Korea Selatan memandu mereka ke
Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Baca Juga:
Pasukan Korea Utara Diam-diam Bantu Rusia Libas Ukraina
Keluarga tersebut akhirnya diberikan
suaka dan menetap di Inggris pada tahun 2008.
Namun, tidak mudah bagi mereka untuk
menyesuaikan diri dengan kehidupan baru yang penuh kesulitan, termasuk kendala bahasa.
"Saya menghabiskan 13 tahun di
Bury (barat laut Inggris). Tinggal di lingkungan ini, saya dibantu oleh banyak
orang tanpa prasangka [meskipun] saya tidak bisa berbahasa Inggris sama sekali.
Ketika mereka mengatakan 'selamat datang' kepada saya dengan kehangatan, air
mata saya mengalir dan saya mendapatkan banyak keberanian dengan kata-kata itu," kisahnya.
Baca Juga:
Korut Tantang AS-Korsel, Kim Jong-un Pamer Kapal Selam Nuklir di Tengah Latihan Militer
Berprofesi sebagai guru di Korea
Utara, Park bekerja di restoran Korea di Manchester dan belajar bahasa Inggris
di pusat pembelajaran orang dewasa.
Dia telah menjadi aktivis hak asasi
manusia Korea Utara, dan mulai membantu pengungsi Korea Utara lainnya untuk
menetap di Inggris.
Ketika dia bergabung dengan Partai
Konservatif pada tahun 2016, beberapa orang mempertanyakan mengapa dia mengambil
keputusan tersebut.