"Begitulah cara saya belajar
bahasa Inggris untuk pertama kalinya, hidup dengan tunawisma yang berada dalam
situasi yang sama seperti saya sebelumnya," katanya.
Kemudian dia mulai belajar politik dan
memperoleh gelar master dalam Hubungan Internasional dan Keamanan di
Universitas Liverpool.
Baca Juga:
Pasukan Korea Utara Diam-diam Bantu Rusia Libas Ukraina
Setelah menyelesaikan gelar tersebut,
ia terjun ke dunia politik sebagai asisten anggota Parlemen Inggris pada tahun
2018.
Saat ini, ia
menjabat sebagai panitera untuk All-Party
Parliamentary Group on North Korea.
"Saat mempelajari politik dan
struktur sosial, saya melihat rasa sakit di semenanjung Korea. Saya memahami
faktor politik dan ideologis, seperti mengapa dibagi menjadi dua, mengapa
Selatan menjadi negara demokratis, sedangkan Utara tetap menjadi negara
komunis," kata Cho.
Baca Juga:
Korut Tantang AS-Korsel, Kim Jong-un Pamer Kapal Selam Nuklir di Tengah Latihan Militer
Bekerja dalam politik, Cho terkagum
oleh praktik politik Inggris yang meminta dukungan pemilih dengan mengunjungi
tetangga dari pintu ke pintu.
Tahun ini, Cho mulai meminta dukungan
untuk dirinya sendiri, saat ia ditunjuk sebagai kandidat dari Partai
Konservatif untuk kursi dewan di utara Inggris.
"Pepatah favorit saya adalah
'abdi masyarakat, pelayan orang-orang dalam masyarakat'. Politikus lokal di
Inggris adalah seorang pembawa pesan. Saya ingin pergi ke sana dan bekerja atas
nama tetangga saya," ujarnya.