Di Paris, aparat keamanan berbaris di Champs Elysees Avenue yang terkenal setelah muncul seruan di media sosial untuk berkumpul di tempat itu. Toko-toko di sekitar lokasi ini ditutup untuk mencegah kerusakan lebih luas.
Meskipun demonstrasi dan kerusuhan mulai surut, Walikota L’Hay-les-Roses di pinggiran kota Paris, Vincent Jeanburn mengatakan istri dan salah seorang anaknya luka-luka ketika mereka berupaya melarikan diri dari rumah setelah sebuah mobil merangsek ke rumah mereka dan terbakar. Saat kejadian Jeanburn sedang tidak berada di rumah.
Baca Juga:
Cerita CEO Telegram Pavel Durov Diduga Miliki Empat Paspor
Kepala Kepolisian Paris Laurent Nunez menyebut serangan ini sebagai tindakan yang direncanakan. Ia memastikan tidak akan mengurangi jumlah personil polisi yang menjaga seluruh wilayah Prancis untuk menghadapi berbagai aksi demonstrasi dan kerusuhan.
“Saya ingin mengirim pesan yang tegas, bahwa kami akan sangat reaktif, dan sebagaimana yang telah kami lakukan di malam-malam sebelumnya, kami akan melakukan penangkapan secara masif. Kami akan terus melakukan pekerjaan kami, yaitu mengatasi aksi kekerasan da pelanggaran di mana pun di wilayah ini,” kata polisi sebagaimana dilansir VOA Indonesia.
Tim jaksa mengatakan seorang polisi yang mengaku melepaskan tembakan yang membunuh Nahel telah memberitahu mereka bahwa ia melakukan hal itu karena ingin mencegah perburuan dan khawatir ia dan orang lain akan luka-luka akibat perburuan itu.
Baca Juga:
Turut Meriahkan Pra Olimpiade Paris 2024, PLN Hadirkan Reog Ponorogo di Acara Exhibition Pencak Silat
Polisi yang terlibat itu sedang diselidiki karena “voluntary homicide,” atau tindakan membunuh orang lain secara melawan hukum dengan tanpa direncanakan terlebih dahulu, atau sebagai akibat dari suatu keadaan.
Polisi itu telah menyampaikan permohonan maaf kepada keluarga korban.
Ibu Nahel mengatakan kepada stasiun televisi France 5 bahwa ketika polisi melihat “seorang anak yang kelihatan seperti seorang Arab, ia ingin mengambil nyawanya.”