Bersamaan dengan pembantaian semacam itu, militer semakin melancarkan kampanye bumi hangus sebagai bagian dari teror yang semakin intensif. Saksi Myanmar, yang mengumpulkan bukti pelanggaran militer, telah menguatkan 57 insiden di mana bangunan di desa-desa dan daerah sipil lainnya telah dibakar. Banyak yang dikaitkan dengan militer. Kerusakan parah telah tercatat di Thantlang, di negara bagian Chin barat laut.
"Kekerasan semacam itu mengingatkan pada tindakan keras terhadap etnis Rohingya di negara bagian Rakhine pada tahun 2017," kata Aung Myo Min, menteri hak asasi manusia Pemerintah Persatuan Nasional (NUG), pemerintah di pengasingan.
Baca Juga:
Lokasi Sempat Terdeteksi, 11 Warga Sukabumi Disekap di Wilayah Konflik Myanmar
“Mereka mengirim lebih banyak pasukan, mereka pergi dari desa ke desa dan membakar semua rumah, dan memaksa pemindahan besar-besaran ke daerah lain,” imbuhnya.
"Polanya sama," ia menegaskan.
NUG sedang menyelidiki pembunuhan Boi Van Thang dan warga sipil lainnya. Boi Van Thang diketahui pergi meninggalkan rumahnya pada 6 Januari lalu namun ia tidak pernah kembali. Tiga hari kemudian, istrinya mendapat kabar mayat Boi Van Thang telah ditemukan bersama 8 mayat pria lainnya dan satu anak laki-laki.
Baca Juga:
Imbas Serangan Udara Junta Militer, 11 Warga Myanmar Tewas
Istrinya mengatakan bahwa leher suaminya dipotong, ada luka pisau di dadanya dan beberapa di punggungnya, serta salah satu kakinya patah.
Ia akan menyerahkan temuannya kepada kelompok yang dibentuk oleh Dewan Hak Asasi Manusia PBB untuk mengumpulkan bukti pelanggaran hukum internasional yang dilakukan di Myanmar.
“Penting bagi kami untuk membawa keadilan dan memastikan budaya impunitas tidak lagi ada di masa depan Myanmar,” kata Aung Myo Min.