"Ini adalah masalah sistem manajemen lalu lintas udara," katanya dikutip dari The Guardian.
Dia menambahkan, "Jika Anda membandingkan kami dengan Singapura, misalnya, ada perbedaan besar, mereka setidaknya 10 tahun di depan kami."
Baca Juga:
Israel Meretas Menara Kendali Bandara Internasional Beirut, Keluarkan Ancaman
Akun Twitter @flightradar24 menunjukkan gambar radar penerbangan ramainya pesawat yang ingin mendarat di Bandara Manila. "53 persen penerbangan di Bandara Filipina dibatalkan hari ini," jelas akun tersebut pukul 11 siang. Pihaknya juga menjelaskan bahwa terdapat penambahan jarak antar-pesawat dan pengurangan tingkat kedatangan di Manila.
Pukul 11.54 siang, selanjutnya tidak terlihat pesawat yang melintas di kawasan Filipina. "Tidak ada pesawat komersial di Filipina (Manila FIR)," tulis akun @flightradar24. Namun, menjelang Minggu malam, bandara Manila telah beroperasi normal. Pesawat Qantas yang mendarat kembali di Sydney akhirnya diterbangkan lagi ke Manila setelah pengisian ulang bahan bakar pada Minggu malam.
Beberapa penumpang Qantas Airlines mengungkapkan kekecewaaannya di media sosial. Salah satunya adalah pengusaha asal Filipina, Manuel Pangilinan. Pengusaha yang dikenal dengan nama Manny tersebut sudah setengah perjalanan ke Bandara Internasional Ninoy Aquino Filipina dan 'diberi tahu radar dan fasilitas navigasi tidak berfungsi' sehingga harus kembali ke Bandara Haneda, Tokyo.
Baca Juga:
Kesalahan Fatal Qantas, Tiket Kelas Satu Dibandrol dengan Diskon 85%
"Enam jam penerbangan yang sia-sia tetapi ketidaknyamanan bagi para pelancong dan kerugian bagi pariwisata dan bisnis sangat menghebohkan. Hanya di Filipina," cuitnya di Twitter.
"Tidak tidur, sangat lelah. Tidak yakin apakah kami bisa mendapatkan kursi di penerbangan berikutnya ke tempat yang akan kami tuju," kata warganet lain.
"Penerbangan pertama tahun 2023 tidak berjalan sesuai rencana. Empat jam di dalam pesawat hanya untuk turun (di tempat yang sama)," tulis pengguna ketiga.