Dalam berurusan pembangkang Tiongkok di Barat, Beijing cenderung bertindak dari jarak jauh seperti menyewa penyelidik swasta atau panggilan mengancam, bukan mata-mata fisik. Bahkan insiden dunia maya awal 2000-an yang menyasar sistem Inggris berasal dari China untuk mengumpulkan informasi kelompok Tibet dan Uighur.
Australia berada di garis terdepan kekhawatiran campur tangan politik China. Asio mulai mendeteksi aktivitas tersebut sekitar 2016, termasuk mempromosikan kandidat dalam pemilu.
Baca Juga:
Hubungan Politik dan Ekonomi Indonesia-China
"Mereka mencoba memaksakan agenda mereka, tapi kami tidak ingin dilakukan dengan cara terselubung," ungkap kepala Asio.
Australia mengeluarkan serangkaian undang-undang baru pada 2018 untuk mengatasi hal ini. Januari 2022, MI5 Inggris memperingatkan pengacara berbasis di Inggris Christine Lee diduga menyumbang ke partai politik sebagai bagian kampanye mendukung agenda Beijing. Lee kini mengajukan kasus hukum atas klaim tersebut.
Baru pada 2023, Inggris mengesahkan UU Keamanan Nasional baru yang memberi kewenangan menangani campur tangan dan aktivitas negara asing lainnya. Kritikus menilai kebijakan itu terlambat.
Baca Juga:
CIA Datangi Prabowo di AS, Ada Apa di Balik Pertemuan Misterius dengan Presiden Indonesia?
Tentu saja negara-negara Barat juga memata-matai China, seperti China memata-matai mereka. Namun, mengumpulkan intelijen tentang Tiongkok merupakan tantangan unik bagi badan intelijen Barat seperti MI6 dan CIA.
Pemerintahan tertutup China, kendali atas media dan internet, serta tekanan untuk tidak mengkritik Beijing membuat sulit bagi mata-mata Barat untuk memperoleh informasi.
Mereka harus mengandalkan metode tradisional seperti memata-matai diplomat dan pengungsi, serta mengeksploitasi celah keamanan.