Pengawasan domestik yang ekstensif melalui pengenalan wajah dan pelacakan digital telah membuat metode tradisional pengumpulan intelijen melalui pertemuan langsung menjadi hampir mustahil.
Sekitar satu dekade lalu, China berhasil membongkar jaringan besar agen CIA. Secara teknis, China juga menjadi target yang sulit bagi GCHQ dan NSA, yang memata-matai komunikasi dan mengumpulkan data intelijen digital, karena China menggunakan teknologinya sendiri, bukan teknologi Barat.
Baca Juga:
Hubungan Politik dan Ekonomi Indonesia-China
"Kami benar-benar tidak tahu apa yang dipikirkan oleh politbiro [China]," kata seorang pejabat Barat.
Kesenjangan pengetahuan ini bisa menyebabkan kesalahpahaman dan membawa risiko serius.
Selama Perang Dingin, negara-negara Barat terkadang gagal memahami betapa tidak amannya posisi Moskow, yang hampir menyebabkan perang besar yang tidak diinginkan oleh kedua belah pihak.
Baca Juga:
CIA Datangi Prabowo di AS, Ada Apa di Balik Pertemuan Misterius dengan Presiden Indonesia?
Risiko kesalahan perhitungan serupa terjadi saat ini, terutama terkait ambisi China untuk merebut kembali kendali atas Taiwan.
Ada juga ketegangan yang meningkat di Laut Cina Selatan, di mana eskalasi yang tidak disengaja dapat memicu konflik.
"Dalam dunia yang kompetitif dan berbahaya ini, kita harus selalu waspada terhadap konflik dan berusaha menghindarinya," kata Sir Richard Moore, kepala MI6.