"Jadi sudah rate bunga pinjamanya naik secara nominal karena fluktuasi nilai tukar terhadap dollar akhirnya juga membuat utang luar negerinya juga mengalami kenaikan, itu kondisi yang membuat BUMN yang debt equity rationya cukup tinggi atau beban utang terhadap modalnya cukup besar, ini akan kesulitan menghadapi krisis ukraina," kata Bhima.
Sementara itu, desakan dari masyarakat juga kuat untuk bagaimana BUMN bisa berkontribusi untuk menjaga stabilitas harga.
Baca Juga:
Ngeri! Infrastruktur Ukraina yang Rusak Akibat Perang Capai 2 Kuadriliun
Kini, yang harus diperhatikan adalah risiko utang BUMN.
4. Harga Kebutuhan Pokok Meningkat
Baca Juga:
Penasihat Zelensky Mundur Gara-gara Urusan Rudal Rusia
Bhima menambahkan, dampak ekonomi Indonesia dari ketegangan Rusia-Ukraina akan paling terasa di sektor keuangan.
Hal ini terlihat dari kondisi Rupiah yang sudah melemah dan bergerak di Rp 14.500, dan bisa terus bergerak mendekati level Rp 15.000.
"Dalam kondisi konflik, jika eskalasinya semakin meluas dan melibatkan banyak negara, ini bisa berdampak pada stabilitas di kawasan, dan tentunya ini akan merugikan prospek pemulihan, stabilitas moneter yang ada di Indonesia, karena bertepatan dengan tapering off dan kenaikan suku bunga yang terjadi di negara-negara maju," ucap dia.