Namun demikian, akuisisi F-35A tidak akan berjalan mulus. Hambatan utama terletak pada kebijakan Amerika Serikat yang berkomitmen untuk menjaga Keunggulan Militer Kualitatif (QME) Israel di kawasan.
Berdasarkan hukum AS, setiap penjualan alutsista ke negara-negara Timur Tengah harus mempertimbangkan agar Israel tetap mempertahankan superioritas teknologinya atas negara-negara tetangga.
Baca Juga:
Pastikan Pelayanan Optimal, Dahnil Anzar Inspeksi Hotel hingga Dapur Jemaah Haji
Setiap proposal penjualan F-35A ke Arab Saudi harus melalui peninjauan ketat oleh Kongres AS untuk memastikan bahwa transaksi tersebut tidak mengganggu keseimbangan QME.
Jika negosiasi menemui jalan buntu dan akuisisi F-35A gagal direalisasikan, Arab Saudi kemungkinan besar akan mencari alternatif ke negara lain.
Salah satu opsi yang dipertimbangkan adalah jet tempur generasi kelima asal Tiongkok, seperti J-20 atau J-35A.
Baca Juga:
Kesalahan Transfer Dana, Ribuan Jemaah Pakistan Terancam Gagal Menunaikan Haji
Sebagai catatan, hubungan militer antara Riyadh dan Beijing telah menguat sejak awal tahun 2022, saat Menteri Pertahanan China, Wei Fenghe, bertemu dengan Wakil Menteri Pertahanan Arab Saudi, Khalid bin Salman, guna memperluas kerja sama pertahanan kedua negara.
Menurut Letkol (Purn.) Michael Hartwell, seorang analis pertahanan dan pengamat militer di Washington D.C., "Jika Amerika Serikat terlalu lambat dalam merespons kebutuhan Arab Saudi, kekosongan itu akan dengan cepat diisi oleh China. Ini bukan sekadar soal penjualan senjata, melainkan tentang pengaruh strategis di kawasan yang semakin vital."
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.