WahanaNews.co | Transisi dari energi fosil
ke energi terbarukan, yang kini gencar dilakukan sebagian besar negara di
dunia, memunculkan ramalan bakal terjadinya kekurangan pasokan mineral seperti nikel, lithium, dan kobalt.
Pemakaian kendaraan listrik terus
digencarkan dunia, sehingga permintaan untuk baterai
kendaraan listrik diprediksi akan melonjak.
Baca Juga:
PLN dan Pemkot Operasikan SPKLU Khusus Angkot Berbasis Listrik di Kota Bogor
Sejumlah analis menilai, peningkatan kebutuhan baterai ini berpotensi membuat kekurangan
pasokan bahan baku mineral.
Melansir Reuters, harga lithium yang tinggi telah gagal memacu adanya
investasi kapasitas baru, karena harga kontrak jangka
panjangnya lebih rendah.
Sementara masalah pasokan kobalt, yang sebagian besar merupakan produk
sampingan dari tembaga, membuat keputusan investasinya lebih didasarkan pada harga tembaga.
Baca Juga:
PLN dan Kementerian ESDM Cek Kesiapan SPKLU di Banten untuk Kelancaran Layanan Arus Mudik
Selain itu, kebutuhan nikel bakal
dipenuhi dari proyek-proyek baru yang akan segera hadir di Indonesia, dan disebut memiliki cadangan nikel terbesar di
dunia.
Dengan demikian, kemungkinan
kekurangan pasokan secara signifikan baru akan terjadi menjelang akhir dekade
ini.
Berikut sejumlah komoditas mineral
yang berpotensi kekurangan pasokan.