WahanaNews.co | Transisi dari energi fosil
ke energi terbarukan, yang kini gencar dilakukan sebagian besar negara di
dunia, memunculkan ramalan bakal terjadinya kekurangan pasokan mineral seperti nikel, lithium, dan kobalt.
Pemakaian kendaraan listrik terus
digencarkan dunia, sehingga permintaan untuk baterai
kendaraan listrik diprediksi akan melonjak.
Baca Juga:
Banyak Jaringan Listrik Sudah Tua, ALPERKLINAS Imbau PLN Alokasikan Anggaran Penggantian Demi Keselamatan Konsumen
Sejumlah analis menilai, peningkatan kebutuhan baterai ini berpotensi membuat kekurangan
pasokan bahan baku mineral.
Melansir Reuters, harga lithium yang tinggi telah gagal memacu adanya
investasi kapasitas baru, karena harga kontrak jangka
panjangnya lebih rendah.
Sementara masalah pasokan kobalt, yang sebagian besar merupakan produk
sampingan dari tembaga, membuat keputusan investasinya lebih didasarkan pada harga tembaga.
Baca Juga:
Pangdam XX/TIB Tanamkan Nilai Pengabdian dan Kemanunggalan TNI-Rakyat di Kodim 0416/Bute
Selain itu, kebutuhan nikel bakal
dipenuhi dari proyek-proyek baru yang akan segera hadir di Indonesia, dan disebut memiliki cadangan nikel terbesar di
dunia.
Dengan demikian, kemungkinan
kekurangan pasokan secara signifikan baru akan terjadi menjelang akhir dekade
ini.
Berikut sejumlah komoditas mineral
yang berpotensi kekurangan pasokan.