Kobalt
Baca Juga:
PLN dan Pemkot Operasikan SPKLU Khusus Angkot Berbasis Listrik di Kota Bogor
Kandungan kobalt dalam baterai juga
telah berkurang secara signifikan dalam beberapa tahun terakhir, tetapi
penjualan EV (baterai listrik) terus melonjak, sehingga permintaan untuk logam
minor diperkirakan akan meningkat secara keseluruhan.
Analis di Roskill memperkirakan, permintaan kobalt akan meningkat
menjadi 270.000 ton pada 2030 dari 141.000 ton tahun lalu.
Proyek High Pressure Acid Leaching (HPAL) di Indonesia disebut juga akan
membantu menutupi sebagian dari kekurangan tersebut.
Baca Juga:
PLN dan Kementerian ESDM Cek Kesiapan SPKLU di Banten untuk Kelancaran Layanan Arus Mudik
Tetapi,
masalahnya, kobalt itu sebagian besar merupakan produk sampingan.
"Sulit untuk berinvestasi dalam
kapasitas spesifik kobalt karena merupakan produk sampingan. Tidak ada
mekanisme di mana pasokan dapat bereaksi terhadap permintaan dan harga,"
kata George Heppel, konsultan di CRU
International.
"Jika kita melihat ke pertengahan
2020-an, kita benar-benar bisa melakukannya dengan Katanga (tambang)
lain," imbuhnya.