Pemerintah mengatakan dalam sebuah pernyataan, pada hari Senin kemarin bahwa pihaknya masih bertujuan menutup lapangan gas secara permanen sesegera mungkin, atau pada tahun 2023 hingga 2024. Tetapi dikatakan ketidakpastian yang kembali muncul, "sebagian karena invasi Rusia ke Ukraina," berarti gas Groningen mungkin diperlukan sebagai upaya terakhir.
Setelah bertahun-tahun bergelut dengan masalah kompensasi antara pemerintah dan Nederlandse Aardolie Maatschappij (NAM), perusahaan patungan Shell dan Exxon Mobil Corp yang mengelola produksi di Groningen menentang peningkatan produksi. Nam menolak berkomentar terkait kabar ini.
Baca Juga:
Ngeri! Infrastruktur Ukraina yang Rusak Akibat Perang Capai 2 Kuadriliun
Schrages mengatakan, mereka harus menggunakan USD27.400 dari tabungan pensiun untuk menyelesaikan pembangunan kembali rumah. Mereka ingin pemerintah berjanji untuk menutupi biaya apapun dari potensi kerusakan lebih lanjut, tetapi Ia menambahkan bahwa gangguan itu akan sepadan jika mereka dapat membuat perbedaan.
"Seluruh kota kami telah mengubah pendapatnya," kata Bert.
"Tetapi jika kita bisa mengubahnya menjadi sesuatu yang positif dan berkontribusi untuk menghentikan perang di Ukraina, maka kita perlu melakukan itu."
Baca Juga:
Penasihat Zelensky Mundur Gara-gara Urusan Rudal Rusia
Kemakmuran dan Rasa Sakit
Ladang gas ditemukan pada tahun 1959, menjadi salah satu yang terbesar di dunia. Dalam banyak hal merupakan simbol kemakmuran pasca-perang untuk Belanda, dan untuk benua Eropa secara keseluruhan.