China dapat memanfaatkan ini dengan melancarkan serangan cepat dan terbatas, "sebuah Blitzkrieg modern," untuk menciptakan keadaan fait accompli sebelum AS sempat merespons, terutama di Taiwan.
3. Ketergantungan Berlebih pada Teknologi Tinggi
Baca Juga:
China Ambil Alih, Huayou Gantikan LG dan Suntik Rp165 Triliun ke Industri EV Indonesia
Militer AS sangat mengandalkan sistem senjata canggih dan mahal, seperti F-35, kapal induk, dan satelit strategis.
Namun, kompleksitas ini menciptakan risiko besar: serangan siber, jamming elektronik, hingga sabotase bisa melumpuhkan sistem tersebut.
"Kapal induk AS seharga miliaran dolar bisa saja dihancurkan oleh satu rudal DF-21D," ujar pakar militer dari Asia Timur.
Baca Juga:
Beijing Bereaksi Keras, Kapal Perang AS Picu Siaga Tempur di Selat Taiwan
Selain itu, pembangunan kembali alutsista AS memerlukan waktu panjang dan biaya selangit, memperlambat regenerasi kekuatan bila terjadi kerusakan parah.
4. Fokus Global yang Menguras Sumber Daya
Amerika harus menjaga komitmen globalnya, dari NATO, Timur Tengah, hingga Afrika.