Analis Eurasia Grup menuliskan dalam sebuah
laporan, pemerintah China awalnya mentoleransi listing di luar negeri agar memberikan
perusahaan keleluasaan mencari modal.
"Namun, saat ini
perhitungan jelas telah berubah demi memprioritaskan masalah keamanan
nasional," tulis laporan tersebut,
dikutip dari CNN Business, Jumat
(23/7/2021).
Baca Juga:
Hubungan Politik dan Ekonomi Indonesia-China
CEO MegaTrust Investment (Hong Kong), Qi Wang,
mengungkap, terlepas dari masalah politik China dan AS, kini
kedua negara tersebut menuntut transparansi ekstra ketat.
"Perusahaan
menghadapi dua standar yang berbeda atau bahkan bertentangan. Tantangan hukum
dan kepatuhan (dari IPO China) akan mulai meningkat," katanya.
Di sisi lain, pengetatan
aturan listing, baik di AS dan China ini, menjadi sinyal berakhirnya pasar saham AS untuk
perusahaan China.
Baca Juga:
CIA Datangi Prabowo di AS, Ada Apa di Balik Pertemuan Misterius dengan Presiden Indonesia?
Profesor dan Direktur China Initiatives Thunderbird School of
Global Management, Arizona State University, Doug Guthrie, mengungkap,
"istirahat panjang" kemungkinan berlangsung hingga hubungan AS dan
China membaik.
"Pemerintah China
mengirimkan sinyal yang sangat jelas kepada perusahaan teknologi China dan ke
seluruh dunia, bahwa organisasi China harus bekerja sama dengan pemerintah
China," kata Guthrie.
Tak hanya itu, China pun
mengirimkan sinyal bagi perusahaan yang tumbuh terlalu besar dan menglobal akan
dikendalikan oleh pemerintah.