Tambahan gula, lemak, garam dalam makanan ini membuat nilai kalori makanan bertambah, jauh lebih besar dari makanan utuh atau makanan yang diolah secara minimal. Konsumsinya terlalu sering atau banyak bisa berdampak buruk bagi kesehatan.
Pengolahan kompleks dan penambahan bahan tambahan juga dapat mengurangi kadar gizi asli dan meningkatkan risiko beberapa penyakit. Mulai dari penyakit jantung, diabetes, hingga kanker.
Baca Juga:
7 Jenis Teh Hijau Terbaik yang Bisa Bikin Lemak Luntur Lebih Cepat
2. Dampak makanan ultra proses menurut dr Tan Shot Yen
Makanan ultra proses sedang ramai diperbincangkan di Indonesia. Pasalnya makanan ini dimasukkan ke dalam menu makan bergizi gratis (MBG), seperti olahan burger dan spaghetti. dr Tan Shot Yen, selaku ahli gizi secara tegas tidak menyetujui penggunaan makanan ultra proses pada menu MBG.
Dalam rapat bersama Komisi IX DPR RI, Senin (22/9/2025), dr Tan mengungkap, "Yang dibagi adalah, adalah burger. Di mana tepung terigu tidak pernah tumbuh di bumi Indonesia, nggak ada anak muda yang tahu bahwa gandum tidak tumbuh di bumi Indonesia."
Baca Juga:
Peneliti Ungkap Bahaya Makan Mie Instan 3 Kali Seminggu, Resiko Serangan Jantung
Dokter tersebut lebih merekomendasikan agar menu makan bergizi gratis diambil dari sumber daya asal Indonesia. Misalnya dari pisang, ubi, ikan mas yang bisa ditemukan dengan mudah di daerah-daerah Indonesia.
Lewat unggahan di Instagram pribadinya @drtanshotyen pada Selasa (30/9/2025), ahli gizi itu juga membagikan sejumlah penjelasan terkait dampak bahaya makanan ultra proses.
Menurut unggahannya, makanan ultra proses didefinisikan sebagai makanan yang ditambah dengan gula, garam, perisa, penguat rasa, dan lain sebagainya. Bentuk produknya seperti roti dan sereal. Pangan kemasan, seperti cokelat, pasta, biskuit, permen, es krim, selai, yogurt berbagai rasa juga termasuk makanan ultra proses.