"Tak satu pun dari kesembilan korban setuju untuk dibunuh,
termasuk persetujuan tersirat," ujar Hakim
Ketua,
Naokuni Yano,
seperti dilaporkan NHK.
"Sungguh sangat menyedihkan, nyawa sembilan korban yang masih muda telah
direnggut. Martabat mereka diinjak-injak," kata Yano.
Baca Juga:
Menunggu Penantian Perubahan Merek Twitter.com Jadi X.com
Yano menggambarkan pembunuhan Taka sebagai aksi yang sangat kejam
dalam sejarah kejahatan Jepang.
Hakim juga menyatakan,
secara mental,
Taka layak untuk bertanggung jawab atas pembunuhan tersebut.
Ayah salah satu korban yang berusia 25 tahun, di pengadilan bulan lalu, menegaskan,
dirinya tidak akan pernah memaafkan Taka, bahkan jika dia sudah meninggal sekalipun.
Baca Juga:
Netizen Sebut Mahfud MD Tak Bisa Bedakan Lebah Madu dan Tawon
"Bahkan sekarang, setiap kali melihat anak seusia mendiang
putriku, aku sering salah, mengira dia putriku. Rasa sakit ini tidak akan pernah
hilang. Kembalikan putriku"" cetusnya.
Saat horor Twitter ini terungkap, pada pagi Hari
Halloween 2017, polisi yang tiba di kediaman Taka di Zama, Kanagawa, mendapati pemandangan mengerikan.
Sembilan mayat dalam kondisi terpotong-potong, serta
240 bagian tulang disimpan dalam pendingin dan kotak peralatan.