Eksekusi terakhir dilakukan pada Desember 2019, ketika seorang pria Tiongkok digantung karena
membunuh empat anggota keluarga.
Sekitar 500 orang Jepang di
bawah usia 20 tahun bunuh diri setiap
tahun,
dan survei Yayasan Nippon tahun lalu menunjukkan satu dari empat orang
mempertimbangkan secara serius untuk
bunuh diri.
Baca Juga:
Menunggu Penantian Perubahan Merek Twitter.com Jadi X.com
Dalam beberapa kasus, korban bunuh diri massal terjadi
setelah
bertemu dengan apa
yang disebut "situs bunuh diri".
Fenomena ini mendorong pemerintah menindak orang-orang yang
menggunakan internet untuk memosting keinginan terkait kematian mereka.
Isu ini pertama kali menjadi berita utama tahun 2005, saat total 91 orang melakukan "bunuh diri berkelompok" setelah saling
menghubungi secara online.
Baca Juga:
Netizen Sebut Mahfud MD Tak Bisa Bedakan Lebah Madu dan Tawon
"Sudah lama menjadi tabu di Jepang untuk membicarakan kematian dan bunuh diri" tetapi dengan mudah ini dibicarakan di media sosial,"
ujar Akiko Mura, anggota eksekutif Befrienders Worldwide Tokyo kepada AFP pada 2017.
Mura mengatakan, Taka kemungkinan besar berhasil membuat para korban
percaya dengan meyakinkan mereka bahwa dia memahami keinginan untuk mati.
"Mereka mungkin mengira dia satu-satunya orang yang dengan tulus
mendengarkan masalah mereka," katanya.