WahanaNews.co | Ahli digital forensik dari Pusat Laboratorium dan Forensik (Puslabfor) Hery Priyanto menyebut DVR CCTV di sekitar rumah dinas Ferdy Sambo di Kompleks Polri Duren Tiga, Jakarta Selatan, pernah dimatikan paksa sebanyak 26 kali.
Hal itu disampaikan Hery saat menjadi saksi untuk terdakwa kasus dugaan perintangan penyidikan atau obstruction of justice Hendra Kurniawan dan Agus Nurpatria Adi Purnama di Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Selatan, Kamis (1/12).
Baca Juga:
Vadel Badjideh Divonis 9 Tahun Penjara, Ibunya Syok dan Nyaris Ambruk
DVR merupakan perangkat penyimpanan rekaman video dari CCTV dan mengubahnya ke bentuk digital secara terus-menerus.
Mulanya, Hery menjelaskan menerima DVR CCTV terkait dengan dugaan pembunuhan berencana Nofriansyah Yosua Hutabarat alias Brigadir J pertama kali dari Polres Metro Jakarta Selatan.
"DVR itu dari Polres Jaksel. Satu [hardisk] kapasitas 1 TB," ujar Hery di hadapan majelis hakim PN Jakarta Selatan, Kamis (1/12).
Baca Juga:
Sidang PK di PN Jaksel Silfester Matutina Tak Hadiri Karena Sakit
Hery menuturkan terdapat pesan peringatan saat memeriksa DVR CCTV tersebut. Pesan peringatan itu berupa tidak ada hard disk yang terdeteksi dalam sistem DVR.
"Selanjutnya kami lakukan pemeriksaan metode forensik. Kami temukan hard disk tersebut tidak dikenali sebagai file sistem dan tidak terdapat file apa pun," ujarnya.
Dari hasil pemeriksaan itu ditemukan 300 log file, lalu diambil sampel dari 8-13 Juli 2022 atau sejak Yosua tewas akibat ditembak.