Di saat yang sama, Prabowo --yang juga berpangkat Kolonel TNI-- datang ke
Timor-Timur.
Dengan jabatan sebagai Wakil Komandan
Jenderal Komando Pasukan Khusus (Wadanjen Kopassus), Prabowo
membawa pasukan elite TNI Angkatan Darat itu untuk
menjalankan Operasi Melati.
Baca Juga:
TNI Tanggapi 17+8 Tuntutan Rakyat: Kembali ke Barak dan Hormati Sipil
Sebagai Danrem 164/WD, Kiki sama
sekali tidak merasa ada masalah dengan Operasi Melati yang dijalankan pasukan
Kopassus di bawah komando Prabowo.
Namun, yang menjadi keberatan Kiki
adalah rencana Kopassus untuk membuat massa tandingan.
Rencana pembentukan massa tandingan
oleh Kopassus bukan tanpa alasan.
Baca Juga:
TNI Tegaskan Anggotanya Tak Ikut Rusuh di DPRD Sumsel, Hanya Cari Makan
Banyaknya aksi unjuk rasa yang
dilakukan oleh Front Revolusi Kemerdekaan Timor-Leste (Fretilin), diyakini
harus dilawan oleh massa yang mendukung pro-integrasi Indonesia.
Prabowo meyakini taktik ini agar
pasukan TNI tidak perlu turun tangan dalam menyelesaikan masalah yang terjadi, demi menjaga citra TNI yang terus menerus dituding sebagai pelaku pelanggaran
Hak Asasi Manusia (HAM).
Di sisi lain, Kiki justru menganggap
rencana itu tidak rasional, dan justru memiliki risiko tinggi.