Zaman Pak Harto, kalau ke sawah ya panen raya bersama
semua menteri menunjukkan pada dunia bahwa Indonesia adalah negara besar. Maka
setiap kali acara kenegaraan mencari posisi Soeharto paling gampang, paling
depan dan paling tengah.
Baca Juga:
MPR RI Bakal Kaji Ulang Pasal TAP MPR Terkait Soeharto dan Gus Dur
Zaman Pak Harto masuk UI, masuk UGM murah banget, zaman
sekarang pendidikan na'uzubillah mahal banget, anak SD saja bisa puluhan juta
masuk ke sekolah swasta yang status sosialnya tinggi, pendidikan dibawa ke
komoditifikasi status sosial, zaman Pak Harto pendidikan di bawah negara, kualifikasi
ada di tangan negara, sehingga yang maju sekolah-sekolah negeri.
Kita masih ingat asal nama SMA 1 adalah sekolah
terbaik, lalu ada sekolah-sekolah terbaik negeri di segala penjuru, si kaya dan
si miskin bersekolah di tempat yang sama.
Zaman anak tukang becak kuliah sudah biasa, zaman
sekarang anak tukang becak bisa lulus dokter dianggap mukjizat dirayakan
besar-besaran, sistem pendidikan dirampas hanya untuk orang kaya.
Baca Juga:
Kepemimpinan Prabowo Berpotensi Kombinasikan Gaya Soekarno, Soeharto dan Jokowi & Slogan "Penak Jamanku To?"
Zaman Pak Harto Puskesmas di mana-mana, sistem
pengobatan teratur, Posyandu dijadikan gerbang besar kesehatan publik, ibu-ibu
PKK dijadikan volunteer atas kinerja negara di bidang kesehatan, tapi di
zaman sekarang, para dokter dan perawat diajarkan bagaimana cara berbisnis,
tidak ada lagi gairah dalam berbisnis. Di zaman sekarang inilah tragedi
kesehatan berlangsung, bayi mati ditolak di rumah sakit, anak remaja mati
ditolak rumah sakit, padahal rumah sakit menjamur dimana-mana.
Zaman Pak Harto, Pendidikan, Kesehatan dan papan
menjadi tugas layanan negara. Di zaman demokrasi liberal pendidikan, kesehatan
dan papan menjadi alat kapitalis dalam menguras kerja rakyat. Tak ada
pertanggungjawaban negara sama sekali atas ruang publik.
Zaman Pak Harto, selalu dekat dan santun dengan Ulama.
Karena diurus dengan serius. []