Asep merinci, gorengan
tahu, tempe, molen, bakwan, cireng, dan singkong tetap dibanderol Rp 1.000 per
potong, meskipun bahan baku beberapa gorengan naik. Bahkan,
kenaikannya mencapai lebih dari 30 persen.
Ia mencontohkan, tempe balok ukuran 25 cm yang biasanya dibeli seharga Rp 7.000,
kini menjadi Rp 10 ribu.
Baca Juga:
Kunjungi Lampung, Mendag Hadiri Gerakan Tanam Kedelai di Tanggamus
Namun, ia pun tak berdaya menaikkan
harga jual gorengan, karena khawatir tidak ada pembeli yang mampir ke lapaknya.
"Kalau dinaikin, nanti nggak ada
yang mau beli gorengan," tuturnya, resah.
Kekhawatiran Asep ialah bila harga
tahu tempe tidak kunjung turun. Berarti, untung yang dikantonginya bisa lebih
tipis dari biasanya, karena terpaksa menutup modal yang lebih mahal.
Baca Juga:
Turunkan Harga Kedelai, Mendag Ganti Selisih Harga
Ketua Bidang Organisasi DPP IKAPPI, Muhammad Ainun Najib, sempat berujar
bahwa tahu dan tempe memang menghilang di pasar tradisional, karena perajin menyetop produksi mereka.
Hal itu dikarenakan perajin kewalahan
membeli kedelai sebagai bahan baku tahu tempe lantaran harganya "selangit".
"Memasuki 2021, kita dikejutkan
oleh beberapa bahan pangan yang mencuri perhatian. Salah satunya, kedelai atau
tahu tempe yang sempat hilang dari peredaran beberapa hari lalu," imbuh
dia.