Namun, nama
Ali Kalora mulai disebut-sebut lagi setelah temuan mayat tanpa kepala di
Kecamatan Sausu, Kabupaten Parigi Moutong, Sulteng, pada Januari 2019 lalu.
Ia
mengatakan, Ali Kalora memiliki kemampuan bertahan hidup dalam pelarian.
Baca Juga:
“Main Mata” BPJN II - PT BDP Proyek Tanggul Pengaman Tsunami Kota Palu Pakai Material Ilegal
"Dengan
logistik yang terbatas, Ali Kalora bisa menjadi apa saja, menyamar menjadi
warga lokal, bahkan petani dan jalan sejauh itu," tambahnya.
Sosok
Ali Kalora ini, menurutnya, berbeda jauh dengan bekas pemimpin MIT, Santoso,
yang tewas dalam baku tembak dengan TNI-polisi dua tahun lalu.
Yang
disebut terakhir ini memiliki keahlian propaganda. Sedangkan Ali Kalora mampu
menghindar dari kejaran aparat TNI-polisi dengan "menyamar menjadi warga
lokal".
Baca Juga:
Bupati Donggala Laruni Banyak ASN ‘Main Proyek’: Sudah Tahu Siapa Saja
Sementara
itu, Al Chaidar, pengamat terorisme serta staf pengajar di
Universitas Malikussaleh, Lhokseumawe, menyakini, Ali Kalora kini merupakan
satu-satunya pemimpin MIT yang tersisa.
Sebagai
pemimpin baru MIT, Ali Kalora disebutnya "tidak memiliki pengaruh yang
kuat seperti Santoso".
"Karena
sepanjang 2018, hanya menyisakan sekitar empat orang anggota, kemudian
bertambah satu orang, sehingga menjadi lima orang," kata Chaidar.