PERNYATAAN Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, bahwa Tel Aviv ingin “melenyapkan” Ayatollah Ali Khamenei adalah suara keras yang keluar dari negara yang baru saja babak belur.
Ini bukan sekadar retorika kosong, tetapi simbol keputusasaan Zionis yang tengah kehilangan pijakan strategisnya di Timur Tengah.
Baca Juga:
Perang 12 Hari: Iran Naik Kelas, Malah Israel yang Lemas
Setelah 12 hari konflik udara yang menyedot cadangan devisa dan mengguncang pasar dalam negeri, Israel bukannya introspeksi, tapi malah kembali memainkan nada-nada ofensif.
Khamenei disebut sebagai target utama, dan ketika ditanya apakah perlu izin Amerika Serikat untuk melancarkan serangan itu, Katz dengan pongah menjawab, “Kami tidak memerlukan izin.”
Ini adalah bentuk klasik dari politik deterensi semu, yang memamerkan keberanian saat kekuatan melemah.
Baca Juga:
Israel Tutupi Kerusakan Parah Akibat Rudal Iran dengan Sensor Ketat Media
Namun seperti yang diketahui para analis geopolitik, retorika tanpa kalkulasi strategis yang realistis hanya akan mempercepat jatuhnya pamor negara, apalagi di kawasan seperti Timur Tengah yang nyaris tak pernah kehabisan api.
Iran Menang Secara Naratif dan Simbolik
Bagi Iran, perang singkat ini telah menjadi panggung kemenangan simbolik yang efektif.