Kini, pemerintah mempertimbangkan memotong anggaran pendidikan dan layanan sosial, hanya agar pertahanan tetap berdiri. Bukan postur negara menang perang, ini adalah negara yang terkejut oleh realitas baru.
Dalam situasi inilah, ancaman terhadap Khamenei lebih pantas dibaca sebagai manuver politik domestik, ketimbang strategi geopolitik.
Baca Juga:
Perang 12 Hari: Iran Naik Kelas, Malah Israel yang Lemas
Netanyahu dan partainya sedang dikepung tekanan publik. 36 ribu warga mengajukan klaim kompensasi; itu suara protes yang tak bisa dibungkam dengan retorika “kita hampir menang”.
Amerika dan Ketegangan Dua Poros
Yang menarik, AS justru tampak seperti aktor kehilangan kontrol. Intervensi mereka, meski berhasil memaksakan gencatan senjata, datang terlambat dan tidak mengubah hasil akhir.
Baca Juga:
Israel Tutupi Kerusakan Parah Akibat Rudal Iran dengan Sensor Ketat Media
Aliansi strategis Israel–AS yang dulu kokoh kini mulai menunjukkan retakan.
Ketika Katz berkata "kami tak butuh izin AS", itu sekaligus sinyal bahwa hubungan keduanya tidak semulus retorika diplomatik.
Di sisi lain, blok perlawanan -- yang dimotori Iran dan disokong diam-diam oleh China dan Rusia -- kian percaya diri.