Dengan kata lain, media sosial bertanggung jawab atas maraknya narasi dan mobilisasi anti-Tionghoa.
Sementara hubungan penggunaan media sosial dengan skor kebencian terhadap Jawa, nonmuslim atau regional bersifat tidak konsisten.
Baca Juga:
Dua Oknum ASN Pemkab Manokwari Disebut Bawaslu Langgar Netralitas
Temuan utama dari studi-studi sebelumnya mengatakan bahwa Front Pembela Islam (FPI) memainkan peran utama dalam mobilisasi tahun 2017 bersama dengan organisasi Islamis lainnya (Mietzner, Muhtadi, dan Halida 2018).
Studi kami ini mengonfirmasi riset sebelumnya bahwa tingkat kebencian anggota FPI terhadap Tionghoa, nonmuslim, dan regional lebih tinggi daripada rata-rata nasional.
Tingkat ketidaksukaan terhadap Jawa lebih tinggi di kalangan anggota forum kesukuan dan jemaat gereja --kelompok yang memiliki anggota yang sebagian besar tinggal di luar Jawa.
Baca Juga:
KPU Bone Bolango Sosialisasikan Pembentukan Pantarlih untuk Pemilihan Bupati Tahun 2024
Keanggotaan dalam ormas NU dan Muhammadiyah memiliki tingkat kebencian yang kurang lebih sama dengan rata-rata nasional.
Terakhir, kami menguji sejauh mana variabel usia berhubungan dengan indeks resentment.
Jika kebencian terhadap kelompok sosial yang lain terkonsentrasi di kalangan anak muda, alarm harus segera dibunyikan.